
Sahabat Damessa tahu nggak, sih, apa itu maloklusi? Atau bagaimana bisa terjadi maloklusi dan ada nggak sih cara pencegahan supaya nggak terjadi maloklusi? Kalau belum tahu, kita belajar bareng-bareng, yuk!
Dalam dunia medis, ‘oklusi’ berarti ‘pemblokiran’ atau ‘penutupan’, yang mana secara etimologi berasal dari kata ‘ob’ dan ‘clau-dere’ yang secara harfiah berarti ‘untuk menutup’. Dari arti tersebut, maka maloklusi didefinisikan sebagai adanya penutupan yang tidak semestinya (abnormal).
American Association of Orthodontists (AAO) mendefinisikan maloklusi sebagai suatu kondisi di mana terdapat penyimpangan dari hubungan normal gigi terhadap gigi lain dalam lengkung yang sama dan/atau terhadap gigi pada lengkung yang berlawanan.
Secara mudahnya, maloklusi merupakan keadaan gigi yang berantakan yang tak sesuai sebagaimana mestinya. Maloklusi dapat melibatkan empat sistem jaringan, yakni gigi, tulang, otot, dan saraf.
Pada beberapa kasus, hanya giginya saja lah yang abnormal, tetapi hubungan rahang, fungsi otot dan saraf, normal. Pada kasus yang lain, giginya mungkin berada pada lengkung yang semestinya, tetapi hubungan antar rahangnya lah yang tidak normal. Bahkan, pada kasus tertentu, maloklusi bisa saja melibatkan keseluruhan empat komponen.
Jenis-jenis Maloklusi
Maloklusi dikategorikan menjadi tiga, yakni maloklusi dental, maloklusi skeletal, dan maloklusi dentoskeletal. Lantas apa perbedaannya, ya?
1. Maloklusi Dental
Sesuai dengan namanya, maloklusi dental merupakan keadaan abnormal dari satu atau lebih gigi dalam satu maupun kedua rahang. Biasanya, maloklusi dental ini terjadi dikarenakan kurangnya tempat pada rahang untuk mengakomodasi seluruh gigi.
Baca juga: Intip 7 Ciri Rahang Bergeser yang Wajib Diketahui
Hal ini bisa disebabkan oleh karena faktor-faktor lokal tertentu, seperti tanggalnya gigi susu secara prematur, tambalan yang kurang tepat, adanya persistensi dari gigi susu (kesundulan), dan genetika yang mungkin juga dimodifikasi oleh faktor-faktor lingkungan.
2. Maloklusi Skeletal
Berbeda dengan maloklusi dental yang menunjukkan adanya abnormalitas dari satu atau lebih gigi, maloklusi skeletal lebih mengarah kepada hubungan antara rahang atas dan rahang bawah serta hubungan keduanya dengan tengkorak kepala yang mana memiliki pengaruh besar terhadap perawatan ortodonti.
3. Maloklusi Skeletodental
Sedangkan maloklusi skeletodental dideskripsikan sebagai keadaan dimana tidak hanya satu atau lebih gigi yang berada pada posisi yang tidak sesuai, tetapi juga adanya abnormalitas dari hubungan rahang bawah dengan rahang atas dan dengan tengkorak kepala. Pada maloklusi ini, umumnya fungsi otot juga tidak normal, dan biasanya keempat sistem jaringan terlibat.
Mengapa Maloklusi Bisa Terjadi, ya?
Studi menunjukan bahwa maloklusi terjadi karena adanya ketergantungan antara faktor umum, faktor lokal, dan faktor lingkungan. Faktor-faktor ini meliputi genetika, adanya cacat bawaan, trauma, penyakit infeksius, ketidakseimbangan hormon, kurangnya nutrisi, adanya anomali pada jumlah, bentuk, dan ukuran gigi.
Adanya persistensi gigi dan gigi berlubang, serta kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti menghisap ibu jari dan jari lainnya, memajukan lidah ke depan, menggigit bibir dan kuku, bernapas melalui mulut, dan masih banyak lagi. Ketika faktor-faktor tersebut muncul atau terdapat pada suatu individu, maka kemungkinan terjadinya maloklusi, baik maloklusi dental, skeletal, maupun skeletodental, akan makin besar.
Lantas, Bagaimana Cara Mencegahnya?
Perkembangan gigi geligi manusia merupakan suatu proses yang panjang, yang dimulai sejak minggu keenam kehidupan intrauterin hingga berakhir di sekitar usia 20 tahun. Proses perkembangan yang panjang ini merupakan suatu rangkaian peristiwa yang terjadi secara teratur dan tepat waktu di bawah kendali faktor genetik dan lingkungan.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa mencegah terjadinya maloklusi juga tidak sesederhana memperbaiki. Mencegah terjadinya maloklusi memerlukan pengetahuan yang menyeluruh dari dokter gigi dan menuntut kewaspadaan yang dinamis dan terus menerus, tidak hanya dari dokter gigi tetapi juga dari pasien itu sendiri.
Kunci dari mencegah terjadinya maloklusi adalah diagnosis dini terhadap situasi yang berpotensi menghasilkan maloklusi. Anak-anak harus dibawa ke dokter gigi sedini mungkin, sekitar usia 2.5 tahun untuk mengetahui bagaimana kondisi gigi geligi anak dan menumbuhkan rasa percaya diri anak terhadap dokter gigi.
Kebersihan rongga mulut juga perlu dijaga sedari kecil untuk menghindari anak dari gigi berlubang dan lepasnya gigi susu secara dini. Orang tua juga perlu mengedukasi diri terhadap pertumbuhkembangan gigi anak dengan cara berkonsultasi langsung dengan dokter gigi.
Untuk itu, ayo pastikan gigi anak Anda dalam kondisi sehat dengan melakukan pemeriksaan komprehensif di Damessa. Tim profesional kami akan memberikan layanan yang mudah dipahami dan membantu Anda menjaga kesehatan gigi dan mulut buah hati Anda. Jangan tunggu terlambat, segera periksakan gigi mereka!
Apakah Anda suka konten seperti ini? Untuk info lebih lanjut dan melihat berbagai konten menarik lainnya, follow juga Instagram @damessa.dentalclinic.
Referensi
Premkumar, S. (2015) Textbook of Orthodontics. New Delhi, India: Elsevier India.